This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Menhut Anjurkan Setiap Orang Tanam 10 Pohon



Zulkifli Hasan (Menhut)


Menteri Kehutanan (Menhut) Zulkifli Hasan menganjurkan setiap orang menanam minimal 10 pohon sepanjang hidupnya agar udara dan air yang diambil manusia dari alam bisa dikembalikan.

"Apakah kita cukup mandi dengan seliter air setiap hari? Tidak. Untuk mandi kita butuh berliter-liter air, belum lagi untuk minum hingga mencuci. Kalau kita hanya tanam satu pohon itu belum impas," kata Menhut saat memberi kuliah perdana di depan sekitar 4.000 mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka), di Jakarta, Sabtu.

Setiap pohon, urainya, bisa menyimpan rata-rata 24 ton karbon per bulan dan 10 liter air per hari, sementara manusia membutuhkan kira-kira 10 kalinya agar udara tetap bersih dan air tetap tersedia.

Sumber : ANTARA News

Perubahan Iklim Mampu Tenggelamkan Pulau Kecil di Indonesia

Pulau Puteri berbatasan dengan Singapura yang nyaris tenggelam (Foto-Antara)


Perubahan iklim telah menjadi isu global, dan Indonesia pun kini ikut merasakan dampaknya.

Menurut Ratri Sutarto Pramestyo, Program Manager Asian Cities Climate Change Resilience Network (ACCRN) MercyCorps, pemerintah Indonesia telah menyadari adanya perubahan iklim.

"Sekarang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sudah membuat Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API) yang bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup, dan beberapa institusi lainnya," kata Ratri pada VIVAnews, ditemui di GREAT Britain Week “Science & Innovation” Day, Jakarta, 17 September 2013.

Dia mengatakan, dampak perubahan iklim yang nyata adalah kemunculan banjir rob —diakibatkan oleh air laut yang pasang menggenangi daratan— seperti di Semarang dan Jakarta.

"Banjir rob semakin sering terjadi. Di Semarang dulu banjir rob datang sehari hanya sekali, tapi sekarang banjir rob datang sehari bisa beberapa kali," terang Ratri.

Ratri juga menyampaikan, daerah-daerah terdampak dari perubahan iklim adalah daerah-daerah kepulauan dan pesisir. Kemungkinan besar pulau-pulau kecil yang ada di Indonesia mulai tenggelam. "Dan, sudah banyak pulau-pulau kecil yang tidak berpenghuni kemudian tenggelam," paparnya.


Saat ini Mercy Corps sudah melakukan kerjasama dengan pemerintah untuk memikirkan masalah-masalah perubahan iklim. Mercy Corps punya alat untuk melihat dampak perubahan iklim yang namanya Kajian Kerentanan.

"Nantinya, kajian ini akan dipakai untuk mengidentifikasikan masalah-masalah yang ada di kota-kota, yang disebabkan oleh perubahan iklim dan tentunya memberikan solusi-solusinya," jelas Ratri.

Ratri menambahkan, RAN-API akan menjadi roadmap untuk tindakan adaptasi terhadap perubahan iklim di kota-kota dan provinsi-provinsi di Indonesia.

"Namun, sekarang kendalanya adalah pemerintah kota tidak semuanya tahu, apa itu perubahan iklim secara konsep dan bagaimana cara mengantisipasinya. Mereka masih butuh dukungan dari nasional," ujar Ratri.


Sumber : VIVAnews 

Karbon Dioksida Dalam 20-30 Tahun Akan Mengantarkan Bumi Pada Cuaca Yang Sangat Panas.


 Kiribati, Negara kepulauan di Pasifik


Para pakar iklim terkemuka di dunia mengeluarkan peringatan keras bahwa dalam dua atau tiga dekade dari sekarang akan terjadi pemanasan global yang dahsyat, yakni kategori lebih dari dua derajat Celcius secara rata-rata.

Dampaknya tidak main-main. Menurut para pakar, kategori itu bisa mengakibatkan naiknya tingkat permukaan air laut, memunculkan gelombang panas, kekeringan, dan perubahan cuaca yang lebih ekstrim.

Dilansir Guardian, 30 September 2013, kondisi ekstrim itu sangat mungkin terjadi jika warga dunia terus memancarkan gas rumah kaca. Akumulasi karbon dioksida saat ini dalam 20-30 tahun akan mengantarkan cuaca Bumi yang sangat panas.

Pada laporan panel pakar iklim, yang tergabung dalamIntergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), berjumlah 2.000 halaman itu ditegaskan bahwa pemanasan global yang terjadi hari ini merupakan akibat dari tindakan manusia di masa lalu.

Panel pakar itu menambahkan, jika tak ada upaya yang prinsipil dan berkelanjutan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, maka negara-negara dunia akan melanggar ambang batas pemanasan 2 derajat Celcius, yang sebelumnya sudah menjadi kesepakatan bersama.

Untuk itu, Sekjen PBB Ban ki-Moon mendesak para pemimpin dunia untuk memperhatikan peringatan otoritas perubahan iklim. Ia juga mendesak agar terwujud kesepakatan global baru guna memotong emisi. "Pemanasan global sedang berjalan. Sekarang kita harus bertindak," tegas Ban.

Bukan Omong Kosong

IPCC membantah kritikan yang menyatakan hitungan peningkatan suhu dalam 10-15 tahun adalah kesalahan dalam model komputer mereka. Para pakar membuktikan dengan adanya fakta perubahan iklim.

"Tiga dekade terakhir, permukaan Bumi benar-benar bertambah panas dibandingkan tiap dekade sebelumnya sejak 1850. Di belahan Bumi utara pada 1983-2012 adalah kemungkinan periode 30 tahun terpanas dalam 1.400 tahun terakhir," ujarnya.

Jika tidak ada tindakan yang nyata, para pakar mengatakan, bukan sesuatu yang mustahil jika terjadi bencana dahsyat dalam 3-6 dekade ke depan. Di tahun 2100, kemungkinan akan menjadi lebih buruk, Bumi akan menembus ambang batas pemanasan 5 derajat Celcius.



Namun demikian, laporan panel yang mendapat sorotan lebih yaitu soal anggaran atau kuota karbon. 

Ilmuwan menemukan, untuk menghentikan pemanasan kategori 2C, total emisi karbon tidak boleh melebihi 1.000 gigaton karbon. Sayangnya, pada tahun 2011 silam, emisi sudah mencapai 541 gigaton, sudah lebih dari setengah ambang batas. 

Pembatasan anggaran karbon itu juga menjadi ujian bagi negara-negara dunia. Pasalnya, isu ini sangat sensitif dibicarakan di PBB. Sementara kesepakatan global soal soal emisi karbon sudah ditargetkan rampung pada 2015 mendatang.

Alotnya pembahasan ini juga dilatarbelakangi kekhawatiran negara-negara tertentu yang takut penentuan batas karbon emisi menyimpan agenda politik.


Sumber : VIVAnews